Home

Sabtu, 03 Januari 2015

AWAL KEHANCURAN SEPAK BOLA INDONESIA




Jakarta, SENAYAN17 Maret 2013 mungkin bisa ditengok kembali, mengapa dan ada apakah gerangan saat itu dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)? Pasalnya, tak banyak yang dipahami kaum awam penggila sepakbola di Negeri ini.

Saat Gencar dwifungsional, Anggota Federasi FIFA Indonesia akhirnya mengakhiri pertarungan dingin antar kubu sebut saja Liga Indonesia melawan Liga Sportindo Indonesia.

Jika ditelisik kembali, mengapa PSSI ngotot untuk mengadakan EXTRA ORDINARY CONGRESS untuk kesekian kalinya.Apakah sekedar hanya karena Kesepakatan atau bahasa kerennya Memorandum of Understanding yang dilakukan kedua kubu di Malaysia bersama dengan Induk FIFA saja? Terjawab saat Kongres Luar Biasa di Borobudur (17/03/2013) lalu yang menghasilkan Produk Politik Kekuasaan Nyaman di Senayan.
Agenda KLB-pun berjalan sebagaimana mestinya, hanya saja sesuai dengan pihak tertentu saja. Hal itu, akhirnya meruncing dan banyak Jajaran Eksekutif Komite kecewa dan memilih untuk WalkOut saat itu.
Jadwal Agenda telah ditetapkan, yaitu Melakukan Unifikasi Liga / Menggabungkan Liga antara Priemier Indonesia dengan Super Indonesia dengan tetap mengacu syarat dan ketentuan yang berlaku bagi setiap Klub yang memenuhi standart kesesuaian dalam Kompetisi yang nantinya menjadi tunggal itu.
Bubur tak kan lagi menjadi nasi kembali, KLB yang digelar itupun ricuh namun demikian Agenda KLB harus tetap diselenggarakan mengingat Pihak perwakilan FIFA hadir untuk memantau jalannya KLB tersebut.
Mau tidak mau KLB PSSI menghasilkan sebuah Keputusan yang akhirnya menghancurleburkan Sepakbola di Tanah Air tercinta. Berawal dari poin-poin hasil KLB ialah :
  1. Unifikasi Liga anatara ISL dan IPL dengan format 18 klub ISL dan 4 klub IPL, serta ditunjuk kembalinya Operator Liga untuk Kompetisi mendatang adalah PT. Liga Indonesia ;
  2. Melakukan Revisi beberapa pasal Statuta PSSI, apalagi sudah sangat jelas tujuan dirubahnya pasal-pasal tersebut seperti contoh pada Pasal 31 yaitu merubah jumlah Quorum jika terjadi permintaan Kongres Luar Biasa (KLB) yang semula harus memenuhi 2/3 Anggota PSSI yang mempunyai Suara Tetap, kemudian dirubah hanya (50%)+ 1 Anggota sudah dapat menyelenggarakan KLB ; 
  3. Selain Pasal 31 Statuta PSSI yang sudah direvisi, demikian juga dalam Pasal 35 Statuta PSSI yaitu mengenai Anggota Komite Eksekutif yang semula beranggotakan 11 Orang, kemudian dilakukan Revisi akhirnya ditambahkan 4 Anggota menjadi 15 Orang Komite Eksekutif yang teridiri dari 1 Ketua, 2 Wakil Ketua dan 11 Anggota ;
  4. Menjatuhkan Sanksi Skorsing tidak boleh lagi berkecimpung di dunia keolahragaan khususnya bidang Sepakbola, yang tak lain adalah 6 Exco yang yang melakukan Aksi Walkout pada saat KLB sedang digelar dan kemudian muncul Anggota Exco yang baru, mereka adalah La Siya, Fardi Hasan,Zul Fadli, Dan Dzamal Aziz, PSSI lengkap dengan Anggotanya 15 Orang Exco dengan perubahan / Revisi beberapa Pasal didalamnya.

Begitu sistemik sekali, apalagi PSSI adalah Organisasi Independen yang sukar untuk disentuh hukum positif negeri ini. Bahkan, kita pun tak sadar bahwa hasil Keputusan dari KLB tersebut ternyata begitu membuat kebal para "amtenarnya".

Tak sempat dibayangkan, setelah sekian tahun lamanya PSSI berdiri akhirnya mereka berani merombak jajaran pengurusnya saat KLB itu dengan Mengukuhkan 4 Anggota Exco PSSI, Zulfadly, La Siya, Hardi Hasan dan Djamal Aziz.  


Selain itu, isi Pasal 30 ayat 2 Statuta PSSI menambahkan bahwa  ada Kongres Tahunan 2013 ini menunjuk 3 orang Scrutineers (Pengawas Pemilihan), yakni Mokhamad Hilman (Martapura FC), Thamrin Sagala (Persipura), Lukman Setiawan (KSB Sumbawa Barat). Sedangkan untuk Pengawas Notulen, ditunjuk Amir Burhanuddin (Pengprov Jatim) dan Ferry Paulus (Persija Jakarta).



Ditambah lagi, dalam KLB Borobudur saat itu memutuskan untuk memberhentikan 5 Anggota Exco PSSI, Tuty Dau, Mawardi Nurdin, Widodo Santoso, Bob Hippy, Sihar Sitorus dan 1 Wakil Ketua Umum PSSI, Farid Rahman. Keputusan mereka meninggalkan Kongres Luar Biasa PSSI, 17 Maret 2013 dan dinilai membahayakan posisi PSSI di mata FIFA dan AFC. Ketua Komdis pun diberi kesempatan untuk menjelaskan secara komperehensif terkait perilaku mereka, termasuk saat disanksi karena pemalsuan tanda tangan Ketum, yang seolah-olah telah terjadi rapat Exco. Kemudian, Hasil KLB-pun menetapkan Komite Pemilihan dengan anggota yang telah diputuskan oleh Exco PSSI, yakni : Dhimam Abror, Agus Santoso, Dwi Irianto, Maurice Tuguis, H. Hidayat, Ferdinand Hindiarto, Max Boboy, Ashari Rangkuti , Wardi Azhari Siagian. Selain itu diputuskan juga anggota Komite Banding Pemilihan, yakni : Muhammad Muhdar, Debby Kurniawan, Arif Budi Santoso, Putra Wirasane, Budi Irawan. 

Lagi-lagi dari Kubu Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia, disela Agenda-agendanya tersebut KLB juga menerima Laporan Keuangan PSSI 2011/2012, yang dipaparkan oleh bendahara PSSI, Husni Hasibuan selain itu juga paparan langsung oleh Ketua Umum atas Laporan Kegiatan PSSI 2011-2012 yang telah disampaikan Ketum PSSI, dimana hal itu termaktub dalam Statuta PSSI Pasal 30 Ayat 2, yang merupakan Agenda Wajib setiap Kongres PSSI. 

Dalam hasil keputusan KLB 2013 di Hotel Borobudur saat itu begitu berbanding terbalik dengan Amanah dalam KLB saat di Solo yaitu semakin kentara kental permusuhan dengan membuang jauh para Antek LPSI (Liga Primier Sportindo Indonesia) yang bertengger di Jajaran Komite Eksekutif PSSI dan menggantikannya dengan Para Pengusaha PT. Liga Indonesia didalamnya.

Sang Direktur PT. Liga Indonesia, JOKO DRIYONO akhirnya menggantikan posisi Hadiyandra  sebagai Sekjen baru PSSI. "tumbu.. oleh tutup" begitulah pribahasa yang tepat untuk Para Stakeholder PSSI, begitu KLB berjalan sesuai Skenario, Mantan Dirut PT. Liga Indonesia membuat berbagai program Kerja PSSI 2013 yang hingga kini tak pernah terdengar bagaimana dan apa hasil program tersebut, seperti contohnya dalam Reformasi Liga Amatir. 

Bagaimana jika mereka mengungkapkan bahwa mereka selama ini sudah cukup Transparan?? toh, sekalipun Putusan KIP masih belum mempunyai kekuatan hukum tetap setidaknya jika memang tak ada rekayasa atau penyalahgunaan dana/finance PSSI mengapa tetap ngotot untuk mengajukan Banding??

Ditambah, Tim 9 bentukan sang Menpora menambah catatan Panjang bahwa Anggota Federasi FIFA di Indonesia ini terindikasi penyakit atau wabah masyarakat dan seperti ketakutan dan kebakaran jenggot menyatakan bahwa Jajarannya telah menjalankan seluruh pekerjaannya sesuai dengan SOP maupun Buku sakunya yaitu Statuta.

Bukan di jaman batu, terus kemudian kita tutup mata dan telinga atau lebih absurdnya kita apatis dengan tindakan para petingi GBK itu. Begitu menemukan permainan atau skenario kemenangan Liga Utama dalam perebutan promosi ke Liga Super banyak Tim/Klub yang melakukan permaian Sepakbola yang sangat-sangat diharamkan dalam Statuta FIFA maupun PSSI.

Dilihat dari seluruh perjalanan sepakbola negeri ini, kami mencatat dalam 2 tahun terakhir ini adalah Kematisurian dan Kehancuran Sepakbola dalam sudut pandang apapun, sebagai program kerja tak satupun berjalan, malah sebaliknya bukan mereformasi sepakbola amatir namun lebih mengajarkan bagaimana tak bertemu tuan klub yang sudah pasti juara.



Sekian, catatan ringan suporter kacrut. 
Salam Sektor21- GBK Senayan


Ref-TA
















Sabtu, 08 Februari 2014

Kongres PSSI Benamkan Kebanggaan




Senayan, SURABAYA - Kongres PSSI
pada akhir bulan lalu (26/01) yang diselenggarakan di Shangrila Hotel, Surabaya adalah merupakan Agenda Rutin yang ditetapkan sebagai Evaluasi Kinerja dan Beberapa Pembaharuan Sistem untuk tahun berikutnya 2014-2015.
Saat itu ada beberapa Pihak yang Hadir yaitu Para Pengurus Provinsi (33 Pengprov PSSI) seluruh Indonesia, PT. Liga Super Indonesia (Operator Liga) serta Para Prngurus Klub dari Divisi I s/d Divisi III - maupun Divisi Utama dan Klub-klub baru dengan tottal 777 Klub.
Dipilihnya Kota Pahlawan ternyata menurut informasi saat itu dikarenakan hampir 70% dari keseluruhan Klub Anggota PSSI bermakas di Jawatimur, hal inilah menjadi alasan yang disampaikan oleh CEO PT.Liga Indonesia itu.
Jokdri sapaan Akrab CEO Operator Liga Super menyampaikan bahwa Kongres PSSI tahunan kali ini tidak hanya membahas tentang ada 5 hal penting yang akan dibahas yaitu pengembangan sepak bola mencakup teknis dan manajemen, Timnas, pengembangan anggota termasuk klub dan asosiasi di provinsi, kompetisi amatir dan kompetisi profesional, selainiti PSSI juga menargetkan sejumlah pencapaian sebelum masa kepemimpinan pengurus PSSI berakhir pada 2015. Khususnya bagi lima kelompok Timnas yakni Senior, U-23, U-19, U-16 dan U-14. Targetnya antara lain mengulang juara AFF, 8 besar di Asia dalam kompetisi Asean Games, dan mempertahankan ranking FIFA di bawah 130 besar dunia.
Sebagai supprter Loyalis Klub Persebaya 1927 Surabya yang dikenal Sebagai suporter tertua itu dianggap Klub yang berlaga di Liga Super dibawah PSSI itu bukan merupakan Klub kebanggaan mereka.
Pasalnya, Loyalis 1927 menganggap PSSI banyak menganaktirikan Persebaya (Original) dan tidak jarang PSSI bermasalah dengan Klub Persebaya yang dilatarbelakangi adanya konflik kepentingan antara Manajemen dengan birokrasi Federasi.
Hingga akhirnya Supprter Persebaya (1927) bertriak menyatakan bahwa "PSSI Telah Mendzolimi Kebanggaan Kami Loyalis 1927". Terhitung sejak ditetapkannya ISL sebagai Liga Resmi oleh PSSI, maka Dualisme sudah dianggap selesai sekalipun tidak hanya Persebaya (1927) saja yang tidak puas atas hasil KLB di Hotel Borobudur- di Jakarta, ada juga beberapa Tim yang juga merasa haknya dirugikan dengan Keputusan KLB PSSI tahun 2013.
Hampir tak pernah lelah Loyalis meneriakan kebenaran melalui aksi-aksi sebelumnya dan tepat dihari minggu itulah ribuan AREK BONEK 1927 (Sang Loyalis 1927) menyatroni dan mengepung sekitar area Hotel tempat berlangsungnya Kongres PSSI. Mereka tetap teguh meneriakan bahwa Tim Persebaya yang saat ini berlaga adalah Klub karbitan yang berasal dari Kutai Barat (Kalimantan) yang disulap dengan dana APBD tanpa Laporan Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pemegang Kuasa hasil Kongres II Bali 2009. Alhasil, Persikubar (Persebaya Kutai Barat) pun bertahan hingga saat ini, walapun sebelumnya dalam KLB Solo Persikubar tidak diakui oleh PSSI dan memutihkan Sanksi PSSI yang dijatuhkan Persebaya saat itu, yang kemudian IPL sebagai Operator Liga PSSI dimana Persebaya (Original1927) berkompetisi dalam 2 dekade terakhir.
Hal itulah dapat dianggap sebagai perjuangan Anti Klimaks para Loyalis dalam berjuang demi kebanggaan mereka Persebaya (since 1927) dapat diakui oleh Federasi dan sekaligus ikut berkompetisi di Liga Super.
Buramlah sudah ketika salah satu pemilik PT. Persebaya Indonesia ternyata diusir oleh keamanan Kongres, karena dianggap bukan sebagai undangan (klub anggota).
Kesal karena hal itu, sang mantan Ketua KPSI yang saat ini menjabat sebagai Waketum PSSI menyampaikan dengan garang bahwa Persebaya 1927 dan Suporternya yang di depan Hotel adalah orang yang gak ngerti aturan, masih ngotot untuk kebenaran yang hanya mereka sampaikan saja.
Menurut, Waketum yang juga orang nomor satu Kamar Dagang Indonesia (Perwakilan Daerah Jawatimur) itu ada solusi jika memang Persebaya (1927) kembali menjadi Anggota PSSI dan ikut berlaga pada Kasta Liga terendah.
Selain harus mengganti nama, kembali Tim amatir kelas Sudra, Bapak Mantan Ketua KONI Jawatimur juga menambahkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT. Persebaya Indonesia sebagai Pemilik untuk melunasi Gaji Para Pemain yang belum terbayarkan.
Begitu kompleks dan rumitnya permasalahan sepakbola, hingga kini Loyalis 1927 tidak pernah bungkam diam untuk tetap berjuang dengan artian walau tanpa pemain sekalipun, kebenaran atas Kebanggan Kota Surabaya jangan sampai hilang dan ternodai karena sebab kepentingan tertentu Pejabat Federasi PSSI.
Loyalis 1927 ingin meluruskan penyimpangan yang telah nyata dilakukan oleh Oknum tertentu dengan tujuan memanfaatkan keadaan untuk bisnis pribadi.
AREK BONEK 1927 dalam statemennya mengecam keras Persebaya Kalimantan yang bertengger di Kota Pahlawan mereka dan tetap dijalur kebenaran yaitu mengembalikan Klub PERSEBAYA SURABAYA kepada Klub Anggota yang berjumlah 30 Tim sesuai dengan ketentuan Statuta PSSI/AFC/FIFA. Karena hanyalah mereka (30 Klub Internal Persebaya Surabaya) yang telah mempunyai Andil besar membesarkan PERSEBAYA hingga saat ini.
Kongres pun akhirnya membenamkan Kebanggaan Kami, Para Loyalis 1927. Bagi Kami Sejarah adalah Cita-cita masa depan sebagai Ciri dan Karakter sebuah Aset Kebanggaan. Persebaya Surabaya kini meninggalkan Sejarah "Kotor" dengan berbagai Konflik yang tak berujung - Tanpa Solusi.
Rasa Keadilan bercampur dengan Aroma Kepentingan Sang Penguasa.


[Sekarang atau Tidak Sama Sekali]

Rabu, 15 Januari 2014

SEJARAH AWAL BONEK BERDIRI

hooligans: SEJARAH AWAL BONEK BERDIRI: BONEK MERUPAKAN SUPORTER PERTAMA DI INDONESIA YANG MENDUKUNG TIM KESAYANGANNYA KELUAR KANDANG PADA TAHUN 1988 KALA ITU 110 RIBU KAPASITAS...

Selasa, 10 Desember 2013

Doa Untuk Sebuah Kebanggaan - Part II (end)




Jakarta - Kemarin (8/12), karanggayam no.1 surabaya dibanjiri ribuan loyalis Bajolijo. 
Bonek akhirnya sukses menggelar acara yang bertajuk "Doa Untuk Sebuah Kebanggan". Tepat di Lapangan Mess Persebaya itulah pendukung setia Persebaya datang dengan beratribut lengkap bersorak sorai menyatakan kesetiannya kepada Persebaya yang lahir tanggal 18 juni 1927, walaupun Liga yg diikuti Tim Bajolijo yakni Liga Primer telah dibubarkan oleh PSSI.
Dalam kesempatan Doa Akbar itulah Bonek menyatakan sikap untuk terus Mendukung Persebaya Surabaya (since 1927), bukan Klub Persebaya Kloningan dari Kutai Barat ditahun 2010 lalu yang berasal Kalimantan Timur itu.

Ternyata Loyalis Persebaya Bukan hanya warga surabaya saja tapi dipenjuru kota surabaya seperti Gresik, Sidoarjo dan sekitarnya. Mulai dari Pemuda-pemudi hingga yang orang paruh baya yang sudah berkeluarga, juga ikut meramaikan acara itu. Sebagai Pendukung setia Persebaya (Bonek), mereka rela menyempatkan waktunya untuk memberikan Support Moral demi kelangsungan Persebaya Surabaya kedepannya.

Kemudian, hari selasa (10/12) ini, Bonek memberikan "surat cinta" kepada sang ibu walikota. Tak banyak yang disampaikan oleh loyalis 1927, hanya sedikit himbauan untuk menindaklanjuti ketegasan ibu yang berlatarbelakang insyinyur tata kota itu.
Selain itu, Bonek pun juga memberikan apresiasi kepada ibu walikota Surabaya yang hingga kini membangun Kota Surabaya tiada henti. 
Sebagai pendukung Setia Persebaya besar keinginan Klub tercinta mereka bertahan sebagai sejarah dan ikon Surabaya. 

Dengan alasan itulah, Bonek dalam kutipan isi suratnya itu menyampaikan "Nang sopo maneh anak2mu iki njaluk ketegesan Bu, pean khan wis paham watake pakde brengos opo om Beye. Masio lanang tapi gak duwe nyali...."
Kepada siapa lagi kami (Bonek) meminta ketegasan, ibu sudah memahami watak bpak gubernur & presiden yang tak punya Nyali dan tak pernah menggubris kami. 
Kurang lebih apa yang disampaikan Loyalis masih dalam batas kewajaran, hingga nantinya ada kelanjutan dan ketegasan dari sang ibu walikota itu sebagai corong aspirasi Loyalis 1927.
Teriakan Gak1927Gak menyatakan bahwa mereka tetap setia dengan Persebaya yang bertengger di Karanggayam, bukan tim besutan Rahmad Darmawan yang saat ini berlaga di Liga Super Indonesia. Berbagai spanduk, poster yang dibentangkan di Lapangan Mess Persebaya membuktikan ketegasan suporter sebagai tolakukur nilai perjuangan yang luarbiasa.

Ironis, memang kenyataannya tak bisa terelakan lagi, banyaknya konspirasi politik kian merebak sebagai akibat para Suporter turun untuk memberikan semangat, bukan di tribun saat pertandingan sepakbola berlangsung tapi saat Tim Tercintanya kembali dizolimi dengan cara menjadikan dualisme Klub dengan berbagai cara licik untuk menguasainya.
De Javu teraniayanya sang legenda Klub Surabaya (Persebaya) memang tak pernah usai, dari tahun ke tahun yang hingga kini selalu saja menjadi anak yang terbuang oleh Federasi PSSI.

Melalui catatan ini, sebagai arsip-dokumen sejarah yang dapat disimpan untuk kenangan di masa depan. Legenda Klub termahsyur di Indonesia Timur akan tetap berkibar di dunia sepakbola Nasional maupun Internasional, sebagai Sejarah Kota Surabaya yang tak pernah dapat dihapuskan. Bonek bagian dari segalanya untuk Persebaya, dan Persebaya adalah Roh dari segalanya Bonek.




by: Gelora Bung Karno - Senayan




Sabtu, 07 Desember 2013

Doa Untuk Sebuah Kebanggaan




Agenda loyalis Persebaya dalam rangka memperjuangkan klub kebanggaan Surabaya itu, rencananya esok akan mengadakan Doa Bersama yang bertajuk "Doa untuk sebuah Kebanggaan".
Minggu, 8 Desember 2013 Pukul 13.00 Wib, tepat dibelakang Stadion G10N-Tambaksari yaitu dilokasi Mess Persebaya, Para Pejuang Tribun Surabaya serentak menggelar Doa Bersama.
Hal itu dilatarbelakangi adanya kondisi yang semakin tak menentu nasib Sejarah sepakbola di Surabaya. 
Sebagai jatidiri Klub kebanggaan Surabaya, hal itu sangatlah fundamental, pasalnya Persebaya Surabaya adalah Klub Legenda di Indonesia. 
Disisi lain banyak pihak/oknum yang menjadikan Klub bajolijo itu sebagai tunggangan atas berbagai Kepentingan, dari segi materi maupun politis.
Entah, bagaimana kelanjutan dualisme Klub berlambang Suro&Boyo itu, hingga kini klub yang terlahir 18 juni 86 tahun yang lalu, ironisnya malah dikebiri oleh Federasi Nasional PSSI.
Persebaya Surabaya tidak saja sebagai klub kebanggaan Surabaya, tapi jika dinilai dari segi ekonomis dan sosial, tim bajolijo itu adalah sebagai Aset yang luarbiasa bagi siapa saja yang mengurusnya.
Esok lusa, mungkin saat yang tepat untuk menyampaikan unek-unek kepada Sang Maha Pencipta. Kelak para Groupies, Loyalis & para fanatis Persebaya dapat dengan positif menyalurkan aspirasi melalui "sentilan rohani" kepada para Oknum yang menjadikan sapi perah klub tercinta surabaya itu.
Bukan jadi rahasia umum, jika harus membeberkan berbagai intrik licik semua para pengurus Klub Bajolijo. Tidak jarang media memberitakan negatif dan hal yang miring terhadap mereka. 
Sebagai konsumsi pembaca yang lapar&haus akan berita, sebagai peningkat Oplah para perusahaan media di Indonesia, karena Berita tentang Persebaya Surabaya yang terkait Bonek adalah menjadi santapan empuk awak media. 
Penulis tidak ingin beropini atau menge-judgmen siapapun / atau Pihak manapun. Hanya saja, sebagai pengingat bahwa apapun yang terjadi pada Bajolijo dan Bonek hal itu akan menjadikan berbagai opini yang muncul diberbagai kalangan khususnya, para penggila sepakbola di negeri ini.
Semoga menjadi hal baik, melalui pengajian/doa bersama yang diikuti ratusan hingga ribuan Bonek yang hadir tidak hanya dari Kota Surabaya itu berbuah hikmah yang baik bagi Birokrat Federasi Nasional, Para Pengurus Klub Persebaya dan khususnya seluruh Warga Surabaya.


Rabu, 17 April 2013

Save Our 1927 Original of PERSEBAYA

Konflik Dualisme Federasi berakhir dengan Keputusan Unifikasi Liga saat KLB di Hotel Borobudur 17 Maret 2013 menyulut issue Klub yang berlaga di IPL.
Persebaya merasa sangat dirugikan mengenai isi dari Unifikasi Liga yang menyebutkan bahwa 18 Klub yang bekompetisi di Liga Super Indonesia distrata tertinggi.
Sedangkan menurut para pejabat PSI , dengan telah berakhirnya perseteruan PSSI dan KPSI dan sesuai Agenda yang telah disesuaikan, maka secara otomatis semuanya tunduk dan patuh pada isi dari Putusan Rapat KLB yang juga dihadiri beberapa perwakilan FIFA.
PERSEBAYA adalah Klub menjadi hangat dibicarakan karena Dualisme kian kini semakin menjadi, hingga akhirnya BONEK meminta Pemkot Surabaya melalui Walikota - Risma meminta dukungan agar bersama BONEK untuk Mendukung PERSEBAYA yang saat ini masih berlaga di Liga Primier Indonesia dan sebagai Klub yang Asli dengan sejarahnya lahir pada 18 Juni 1927 (Persebaya1927).
Selain itu tuntutan BONEK adalah memboikot atau membekukan ijin bertanding PERSEBAYA DU yang Notabene adalah Persebaya abal-abal yang saat ini juga berlaga di Divisi I ISL.
Namun hal itu menjadi sia-sia, Surat Dukungan Walikota yang ditanggapi oleh Sekjen PSSI tersebut menyatakan bahwa Keputusan Unifikasi Liga telah Final, secara Sah yang diputus dalam sebuah KLB dengan beberapa Agenda yang disepakati bersama dengan Anggota K-78. Selain pernyataan Sekjen yang tak mendukung Surat bu Risma tersebut, Waketum yang tak lain juga mantan Ketua KPSI - La Nyalla Matalliti menegaskan bahwa Persebaya DU adalah sebagai Klub yang Sah dan Resmi sebagai Anggota PSSI saat ini.
Kali kedua Persebaya harus menghadapi masalah Dualisme yang tak kunjung berakhir, solusi-pun masih tak berubah hingga sekarang, seperti yang disampaikan Hadiyandra, jalan satu-satunya adalah merger untuk mengusaikan Dualisme Persebaya saat ini.
Jelas sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan Pemilik Klub Anggota Persebaya dan Para Pemegang Saham PT.Persebaya Indonesia yang tak menginkan Merger dengan Persebaya DU yang saat ini di naungi PT.MMIB.
Sekilas Perjalanan perselisihan Klub tercinta Warga Surabaya semakin kelam. Berbeda ketika beberapa elemen Bonek menyerukan disetiap sudut Kota Surabaya untuk mengawal Persebaya 1927 yang Hakiki untuk tetap berlaga di Kompetisi ISL sebagai Kasta tertinggi Liga di Indonesia.
PERSEBAYA 1927 sudah menjadi bagian dari Warga Surabaya dan bahkan Dukungan dari daerah-daerah Seluruh Indonesia maupun Luar Negeri menjadi semangat untuk mengembalikan sebuah Kebenaran atas Penindasan para Mafia dan Pejabat Sepakbola dari saat dipaksa untuk turun Kasta dan kini harus dibenamkan dalam ketidakpastian.
SaranHadiyandra sebagai Sekjend PSSI bisa diterima oleh Persebaya DU tetapi sangat tidak mungkin tawaran itu bisa diterima oleh KAMI PARA BONEK maupun sekitar 25 Anggota Klub Intern PERSEBAYA untuk tetap Berdiri Sendiri, atau PERSEBAYA DU harus mengalah untuk mengganti nama mereka dengan nama lain walaupun memang nantinya homebase dalam satu Kota di Surabaya.
Rumit dan semakin tak berujung, tak pernah ada titik temu untuk penyelesaian Konflik Dualisme PERSEBAYA SURABAYA 1927.
Atribut, Dukungan dan Atensi yang begitu Besar dan Kebanggaan Surabaya tak kan pernah musnah.


SAVE 1927
- BS -

Jumat, 15 Maret 2013

Sedikit ASA Untuk KLB PSSI Esok


Akhirnya BTN berhasil untuk menyatukan Timnas, entah konflik lain muncul kembali ditubuh Pengurus Timnas Indonesia. Setelah pergantian Pelatih yang sebelumnya Nil Maizar, sekarang Timnas Resmi diasuh oleh Pelatih berdarah Argentina, yaitu Blanco.
Kemudian ricuh kembali menyeruak dengan pemberhentian Sekjen PSSI Halim Mahfudz, yang belum lama menjabat itu digantikan oleh Hadiyandra. Hal itu menjadi polemik dalam struktural PSSI, hingga kini belum ada kejelasan mengenai permasalahan itu.
Tibalah secercah asa untuk mengembalikan Sepakbola Nasional Indonesia menjadi lebih baik tanpa Pro & Kontra.
Esok tanggal 17 Maret 2013 Kongres Luar Biasa PSSI yang dijembatani oleh Menpora Roy Suryo akan digelar dengan membahas tiga poin penting, yakni unifikasi liga, revisi statuta, dan pengembalian empat exco.
Deadline FIFA untuk membekukan PSSI tanggal 20 Maret 2013 mendatang kian sirnah, tapi bukan berarti KLB esok akan berjalan dengan mulus. Pasalnya Unifikasi Liga adalah Pekerjaan Rumah yang menyita perhatian dan waktu, karena harus dibutuhkan sebuah formulasi baru untuk solusi terbaik dari kedua liga yang saat ini sedang berjalan.
Butuh adanya proses untuk menyusun mekanisme, kerangka acuan, pra syarat ataupun kriteria-kriteria yang memungkinkan penyatuan itu bisa dilakukan dengan mulus. Semoga hal ini bisa dilakukan Pejabat PSSI nantinya saat Rapat KLB berjalan tanpa adanya tendensi politis dan berakhir dengan lancar.

GBK Sektor23


ISI ALASAN PETISI Untuk KAPOLRESTABES

Karena jika dilihat dari sudut pandang umum sangkut paut kejadian lalu memanglah satu kesatuan dengan Tim Persebaya, tp hal itu tidaklah dapat dijadikan fundamental alasan untuk mengebiri perizinan Pertandingan.
Premature jika tetap dilaksanakan oleh Pimpinan Aparat khususnya Kapolrestabes Surabaya, dan mengenai tindakan Preventif bahwa adanya issue kerusuhan lebih besar sangatlah tidak mungkin terjadi, hal itu dapat dilihat perkembangan kondisi surabaya yang tidak menandakan hal tersebut.
Kami Segenap LAPISAN KECIL PENDUKUNG SETIA PERSEBAYA, Menyatakan Tidak Setuju dengan Keputusan KAPOLRESTABES SURABAYA.

Dari MARKAS BESAR, Kantor Pusat PSSI, kami sampaikan terimakasih atas Atensi & Kerjasamanya.

Pictured of GREEN-NORD27

FOTO KAMI DI TRIBUN UTARA
GELORA BUNG TOMO
SURABAYA



















Kamis, 07 Maret 2013

Gawang Persebaya Masih Tak Kebobolan

Kemarin (6/3), anak asuh Ibnu Grahan membawa pulang 3 poin dalam laga tandang melawan Persema.
Dengan bekal pemain yang minim dan akibat kelelahan, Ibnu Grahan masih konsisten mempertahankan gawangnya tanpa kebobolan dalam tiga pertandingan terakhir.
Kecepatan permainan Persema tak membuat panik punggawa bajolijo, malah sebaliknya serangan balik yang dilakukan Persebaya cukup efektif , pada menit ke-10 Fernado Soler akhirnya mengoyak gawang laskar Ken Arok.
Inisiatif serangan semakin gencar dilakukan tim tuan rumah, namun lagi-lagi serangannya masih bisa diredam barisan pertahanan bajolijo.
Tempo pertandingan meninggi petaka pun terjadi, M.Karlovic yang sebelumnya mendapatkan kartu kuning di menit ke-35 melakukan pelanggaran keras kepada Kim Kurniawan di menit k-38. Wasit tanpa ragu kemudian mencabut kartu kuning kedua.
Pertandingan menjadi semakin memanas, Ibnu Grahan mengambil langkah untuk bertahan disisa waktu tujuh menit Babak Pertama.
Skor pun tak berubah, di Babak kedua Persema melakukan pergantian, dua pemain senior M Kamri dan Dodit Fitrio dimasukkan untuk menambah daya gedor serangan ke gawang Persebaya.
Secara berturut-turut dimenit ke-58 dan 64, Syaiful Indra punya dua peluang emas melalui tembakan jarak jauh. Namun, penampilan gemilang kiper Dedy Iman mematahkan peluang Persema.
Agresif serangan masih didominasi tuan rumah. Di menit ke-68, dua pemain terlibat perkelahian massal. Kejadian itu bermula saat Andik Vermansyah dijatuhkan oleh Didik Ariyanto. Wasit tidak menganggap itu sebagai pelanggaran, meski Andik mengerang kesakitan, tapi Persema terus menyerang, Goran Gancev kemudian mencoba menghentikan permainan dengan melakukan tekel keras kepada Syaiful yang membawa bola. Ketika wasit menunjuk pelanggaran, emosi dua pemain pun pecah skrimit ricuh terjadi di tengah lapangan.
Setelah berhasil diredakan, wasit akhirnya memberikan kartu kuning kepada Goran Gancev plus dua pemain Persema Ruhanda Mardiansyah dan Dodit Fitrio.
Disiplin barisan pertahanan Persebaya tak mampu ditembus dengan kecepatan permainan yang disuguhkan oleh tuan rumah, Ibnu Grahan akhirnya berhasil membawa pulang tiga poin untuk bajolijo dan otomatis kemenangan ini merubah posisi Persebaya naik diposisi ketiga Klasmen IPL.
Mengomentari hasil pertandingan away kemarin, Ibnu Grahan puas dengan performa anak asuhnya seklaigus masih menganggap Persema tetap lawan yang tangguh, "tetapi PERSEBAYA masih sangat unggul di Pengalaman" tutup Mantan pemain Persebaya di era 1990-an itu.


Senin, 04 Maret 2013

Jadwal kompetisi Padat, Persebaya kelelahan

Kompetisi IPL (Indonesian Priemer League) telah menginjak minggu ketiga.
Pelatih bajolijo itupun akhirnya
mengisyaratkan akan melakukan beberapa pergantian dan rotasi pemain saat tandang ke Stadion Gajayana, Rabu (6/3/2013), esok lusa.
Laga away melawan PSIR Rembang menguras tenaga mengakibatkan Pemain Perasebaya mengalami kelelahan dan tak sempat beristirahat. Ditambah lagi, bajolijo harus melakoni Laga away dengan Persema FC tanpa beberapa pilar intinya.
Sesuai jadwal, esok Persebaya akan berangkat menuju kota Malang pada siang hari, dan sekitar 18 pemain disiapkan untuk menyambut pertandingan lawan Laskar Ken Arok.
.

Menanti "Derby Jatim"



Setelah menahan imbang PSIR Rembang, kini Persebaya langsung memfokuskan pertandingan yang cukup bergengsi. "Derby Jatim" bisa dikatakan demikian, dengan Modal kemenangan atas BontangFC (4-1), kini Persema akan menghadapi lawan tangguhnya yaitu Persebaya Surabaya pada hari Rabu (6/3/2013) sore di Stadion Gajayana, Malang.

Menurut Ibnu Grahan, dua Pertandingan terakhir dengan mengantongi 4 poin sudah cukup memuaskan dengan laga away yang dilakoninya di Rembang, dan Persebaya sementara kini bertengger di Posisi keempat Klasmen Liga Prima.
Sehari setelah beristirahat, Bajol ijo kembali mencari the winner tim dengan strategi yang apik untuk meladeni Laskar Ken Arok lusa ini.

Persema mempunyai pemain dengan usia rata-rata masih muda, punya skill dan kecepatan yang luarbiasa. "Unggul dua gol lebih dulu membuktikan bahwa Persema bukanlah tim yang remeh. Mereka adalah tim yang kuat dengan pemain yang bertenaga, dan meraka Tim yang kuat" Pungkasnya.




Kamis, 13 Desember 2012

Politisasi Semakin Membenamkan Sistem Sepakbola Indonesia

Revolusi Sepakbola Indonesia semakin tenggelam dalam permainan para pejabat negara. Entah kenapa mereka menempatkan olahraga sejuta umat menjadi pacuan "percaturan kepentingan", demi kelompok. Tak sempat melihat apa yang dihasilkan JC (Joint Committe) bentukan TaskForce AFC selama ini yang kemudian tiba-tiba hilang dan musnah begitu saja. hanya saja tersisa MoU yang ditandatangani dan disepakati di negeri malaya itu, namun hal ini semakin tidak menentu arah tujuannya. Kejadian yang terjadi bukanlah kerugian bagi para Politikus negeri ini, malah sebaliknya ke-kisruhan dijadikan makanan empuk mereka untuk medan tempur memperebutkan tahta. Bukan sebuah kebetulan saja, skenario peta politik menyelimuti Kisruh sepakbola nasional dengan sikap pengunduran diri seorang Menteri Olahraga (Andi Mallarangeng) semakin gamblang gambaran kubu yang bersilih. Pemerintah akhirnya turun tangan dengan maksud, ikut memberikan dukungan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi serta memberikan fasilitas mengakomodir permintaan PSSI-KPSI. Boleh dikata KEPMENPORA dalam keadaan Status Quo, akhirnya Pemerintah menunjuk seseorang untuk menggantikan posisi Menteri antar waktu sebagai Pelaksana Tugas harian adalah Bpk.Agum Gumelar. Atas kewenangannya sebagai Lembaga Negara yang menaungi cabang olahraga, termasuk sepakbola Bpk. Agum Gumelar menunjuk seorang wakil Fasilitator yaitu Joko Pekik guna mengakomodir serta menyelesaikan Konflik yang terjadi dalam Organisasi PSSI maupun KPSI. Bukan kita semua suporter Indonesia sudah Jengah mendengarkan statemen mereka yang tanpa wujud dalam tindakan nyata, malah terlihat saling meninggikan egoistis. Benak sanubari stakeholder bangsa ini seakan tanpa urat malu, dengan sikapnya yang angkuh Pemerintah c.q Kepemenpora mendalilkan kewenangannya dilandaskan atas UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan PP Nomor 16 tahun 2007 tentang Penyelenggraan Keolahragaan. Munculah Task Force bentukan Pemerintah yang saat ini mengambil alih kendali Task Force AFC yang tak lama sudah dibubarkan. Seakan-akan berlebihan bahwa wewenang yang dimandatkan undang-undang adalah pedoman mutlak untuk mengurus Organisasi PSSI, sebaliknya Task Force Pemerintah menganggap Surat Resmi FIFA hanyalah sebagai saran dan bukan merupakan Mandat atau utusan yang harus dianut. Sebagai Federasi dunia Sepakbola, FIFA sesuai Agenda Kongres Luar Biasa PSSI yang dilaksanakan di Palangkaraya, kemarin Senin, 11 Desember 2012 tepatnya di Hotel Aquarius. PSSI-KPSI serta Kepmenpora melalui Plt. Agum Gumelar sebelumnya telah sepakat untuk Agenda tersebut, tapi Task Force Pemerintah "Ompong" tanpa tindakan apapun dan Pihak KPSI-pun tidak menghadiri acara tersebut. Pelik keadaan, lebih dari kisruh yang terjadi dalam sistem Sepakbola negeri ini. Banyak sekali yang memanfaatkan dan menunggangi kewenangan dengan kepentingan Politik Partai Politik. Suporter awam tergiring dalam Opini dan tak sedikit yang bekerja pula mengawal hasrat penjahat sepakbola bangsa. Disisi lain, PSSI yang tidak terlalu positif dalam tugas tetap berusaha untuk menebus dosa besar mereka kepada pecinta sepakbola Indonesia. Beberapa pejabat PSSI mengejar "Ke-arifan" FIFA agar MASIH mau memberikan tenggat waktu penyelesain konflik. Semakin Ironis, puluhan Polisi menjaga kawasan Stadion Gelora Bungkarno, Senayan dengan penjagaan ketat karena disinyalir adanya COUP'DE Et (Kudeta) KPSI yang berhasrat mengambil alih Kantor PSSI,tadi. Tak hanya mereka yang terlibat, pihak keamanan (KAPOLRI) pun diduga ikut mengintervensi konflik ini dengan cara menyegel Hotel Aquarius di Palangkaraya. Hingga Loby dilakukan PSSI kepada Gubernur setempat untuk tetap memberikan izin menyelenggarakan KLB untuk dilakukan Verifikasi Faktual Anggota PSSI yang juga dikawal langsung oleh Perwakilan FIFA & AFC. Tumpang tindih peraturan hanya angin lalu saja, memanfaatkan ketidaktahuan hukum negeri ini. Saat berbicara Peraturan PSSI berpedoman Statuta FIFA & AFC dalam menentukan Statuta PSSI. Tak hanya itu, Organasisasi dibawah naungan Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) telah pula mengatur tentang Pembentukan Struktir Anggota maupun Executive Committe dilakukan melalui Kongres dan hasilnya menjadi Peraturan Organisasi PSSI. Task Force menyimpangi Independensi PSSI, padahal dalam ketentuan UU No. 3 Tahun 2005 tidaklah dijelaskan bahwa Pemerintah dapat mengambil alih kewenangan secara Penuh bila Organisasi Cab.Olahraga mengalami Konflik. Apalagi PSSI-KPSI & Task Force berjalan dengan keinginan masing-masing. Agar tak terkena Sanksi, PSSI mengejar pejabat FIFA hingga ke negeri Jepang sebaliknya Syahwat KPSI ingin mengambil alih Kantor PSSI di Senayan secara Paksa, sedang Task Force hanya melihat tingkah mereka. Jika dinalar, Task Force Nihil tanpa Fungsi, memperkeruh keadaan tanpa solusi Penyelesaian. Hanya Penjahat yang tak ingin salah, mereka adalah 4 (empat) Orang mantan EXCO PSSI yang dipecat melalui Komite Etik Organisasi PSSI, karena terbukti telah menggelar Kongres Setan tanpa aturan dan menggiring opini untuk melakukan makar ditubuh PSSI. Masih merasa tidak Puas, akhirnya 4 Penjahat itu menelurkan Dendamnya dengan membentuk Organisasi KPSI sebagai tandingan PSSI, atas dasar "Komite Penyelamat" mereka mendalilkan segala cara untuk memenuhi hasrat dan dendam mereka. Bila kemudian diurut dari awal, terlihat siapa Virusnya dan akhirnya muncul gerakan melalui dunia maya dengan menampilkan kesan berbeda, selain mengkritisi habis soal konflik, membuka aib para penjahat sepakbola dan memberikan opini logis, kali ini adalah memberikan Signatured Online sebagai gerakan kepada Presiden untuk segera membubarkan KPSI. Kami tidak berpihak siapapun, netralpun masih anggap memihak hanya saja tulisan ini sebagai kajian untuk lebih aware, siapa yang berprilaku buruk dan siapa yang berniat baik. Senayan12 mengajak seluruh elemen supporter se-Indonesia untuk mengisi form Petisi pembubaran KPSI yg ditujukan kepada Presiden, bila sungguh menyuport Silahkan mengisi form berikut ini. [Klik PETISI PEMBUBARAN KPSI]
Sekarang Atau Tidak Sama Sekali. [Ref. TA]

Rabu, 12 Desember 2012

Busuknya KPSI dan Task Force Pemerintah | Bonek Indonesia tweet

Tiga Aspek Kegagalan PT. Pengelola Persebaya

Persebaya telah memiliki Direktur Resmi,“Saya ditunjuk PT sebagai Kuasa Direksi mutlak. Jadi, SK Kuasa Direksi sudah & saya dapatkan per tanggal 15 september. Saya, secara yuridis formal diberi kewenangan oleh PT untuk mengelola Persebaya secara utuh,” tutur Gede. Menurutnya PT. PP tidak memberikan Kontribusi yang maksimal untuk GreenForce, julukan akrab Tim Persebaya. Dan Alasan baginya enggan menggunakan struktur organisasi kepengurusan PT PP, yaitu Yang Pertama adalah Tidak memberikan Bukti Konkrit Perkembangan Infrastruktur / Peralatan Untuk Tim PERSEBAYA yang sampai saat ini masih manual. (Transfer Technology) Yang Kedua, Tidak ada perkembangan ilmu yang signifikan pada Tim Persebaya, terutama tentang Manajemen. (Transfer Knowladge) Dan yang terakhir yaitu Ketidakmampuan PT PP yang merupakan wakil dari konsorsium untuk menggaji Persebaya tepat waktu. “Tiga aspek penting itu harus didapatkan dalam sebuah kerjasama pengelolaan.” tutur Chief Executive Officer (CEO) Persebaya yang juga merangkap sebagai Pengelola Tim Persebaya itu. Kepada wartawan ia pun mengaku telah menalangi gaji pemain musim lalu hingga hingga 4,8 M. Dalam wawancara tadi malam, ia pun mengaku hanya meng-klaim dana tersebut 3,6M kepada Konsorsium di Jakarta, “Yang 1,2 M saya ikhlaskan meski ada di catatan tim pelatih, tapi itu tidak ada notanya,” pungkasnya.

SELAYANG PANDANG BOCAH SENAYAN

Bergemuruh saat bertemu, entah ada sdkit kesedihan dalam suasana perpisahan tadi malam. Habis manis sepah dibuang, mungkin itu tepat untuk cerita panjang Klub Persebaya yang disokong oleh 2 (dua) Perusahaan. Beberapa Bonek dan perwakilan Konsorsium akhirnya bertemu, tapi bukan untuk membahas langkah progress planning Persebaya musim depan melainkan untuk sarah sechan sebelum pergi meninggalkan kota Surabaya(21/12). Kembali mengingat aksi yang dilakukan Bonek beberapa waktu lalu itu adalah bentuk apresiasi dan koreksi, selain itu juga bonek sangat prihatin atas issue konflik dikedua manajemen tersebut segera berakhir dan menjadi evaluasi akhir kinerja mereka bersama. Persebaya dijalankan oleh 2 Perusahaan (Konsorsium) harus membenahi kembali sistem manajemen klub Persebaya dimusim kompetisi mendatang dan perombakan sistem agar bisa lebih kompetitif dalam ketatnya persaingan Klub Profesional di Indonesia Konflik pun usai, dengan adanya statemen dari seseorang yang bernama I Gede Widiade. Ia yang menyatakan dirinya juga ditunjuk sebagai Pelaksana Pengelola yang artinya selain ia menduduki jabatan sebagai Direktur Klub dalam hal ini PT. Persebaya Indonesia (PI), juga sebagai orang ditunjuk oleh PT. Pengelola Persebaya Indonesia (PPI) sebagai Pelaksana pengelolaan Persebaya sesuai wewenang yang tertuang dalam isi Kuasa dari Konsorsium. Tuntas sudah seluruhnya, Persebaya hanya memiliki satu pintu saja sebagai manajemen tunggal. Entah pertimbangan dan kebijakan apa Konsorsium memutuskan itu, seperti diberitakan diberbagai media online, Persebaya tidak lagi dikelola oleh PT. Pengelola Persebaya Indonesia yang sebelumnya dipegang oleh Dityo Pramono sebagai CEO. Perpisahan yang terjadi dengan kondisi sedikit mengharubiru, kami hanya bisa berbicara seadanya diantara bonek yang lainnya, kemudian bersendau gurau, seraya esok masih bersama lagi. Bergumam hati kecil ini ketika harus mengakhiri percakapan itu, akhirnya kami mengakhirinya dengan saling bersalaman. Tak pernah kami salahkan apa yang terjadi hingga saat ini, tapi kami merasa bangga karena kalian pernah menjadi bagian dari Bonek dan Persebaya. Kami hanya menulis sebuah cerita pendek tentang keadaan disana, mungkin lebih tepatnya hanya menerka rangkaian informasi dan berita. Tapi, perjalanan Persebaya tidak pernah berhenti sampai disini karena selama emosi jiwa masih menggelegar dan membahana, tak ada satu alasan bagi kami berhenti memberikan dukungan moril dan Loyalitas untuk kebanggaan kami PERSEBAYA.