Home

Selasa, 10 Desember 2013

Doa Untuk Sebuah Kebanggaan - Part II (end)




Jakarta - Kemarin (8/12), karanggayam no.1 surabaya dibanjiri ribuan loyalis Bajolijo. 
Bonek akhirnya sukses menggelar acara yang bertajuk "Doa Untuk Sebuah Kebanggan". Tepat di Lapangan Mess Persebaya itulah pendukung setia Persebaya datang dengan beratribut lengkap bersorak sorai menyatakan kesetiannya kepada Persebaya yang lahir tanggal 18 juni 1927, walaupun Liga yg diikuti Tim Bajolijo yakni Liga Primer telah dibubarkan oleh PSSI.
Dalam kesempatan Doa Akbar itulah Bonek menyatakan sikap untuk terus Mendukung Persebaya Surabaya (since 1927), bukan Klub Persebaya Kloningan dari Kutai Barat ditahun 2010 lalu yang berasal Kalimantan Timur itu.

Ternyata Loyalis Persebaya Bukan hanya warga surabaya saja tapi dipenjuru kota surabaya seperti Gresik, Sidoarjo dan sekitarnya. Mulai dari Pemuda-pemudi hingga yang orang paruh baya yang sudah berkeluarga, juga ikut meramaikan acara itu. Sebagai Pendukung setia Persebaya (Bonek), mereka rela menyempatkan waktunya untuk memberikan Support Moral demi kelangsungan Persebaya Surabaya kedepannya.

Kemudian, hari selasa (10/12) ini, Bonek memberikan "surat cinta" kepada sang ibu walikota. Tak banyak yang disampaikan oleh loyalis 1927, hanya sedikit himbauan untuk menindaklanjuti ketegasan ibu yang berlatarbelakang insyinyur tata kota itu.
Selain itu, Bonek pun juga memberikan apresiasi kepada ibu walikota Surabaya yang hingga kini membangun Kota Surabaya tiada henti. 
Sebagai pendukung Setia Persebaya besar keinginan Klub tercinta mereka bertahan sebagai sejarah dan ikon Surabaya. 

Dengan alasan itulah, Bonek dalam kutipan isi suratnya itu menyampaikan "Nang sopo maneh anak2mu iki njaluk ketegesan Bu, pean khan wis paham watake pakde brengos opo om Beye. Masio lanang tapi gak duwe nyali...."
Kepada siapa lagi kami (Bonek) meminta ketegasan, ibu sudah memahami watak bpak gubernur & presiden yang tak punya Nyali dan tak pernah menggubris kami. 
Kurang lebih apa yang disampaikan Loyalis masih dalam batas kewajaran, hingga nantinya ada kelanjutan dan ketegasan dari sang ibu walikota itu sebagai corong aspirasi Loyalis 1927.
Teriakan Gak1927Gak menyatakan bahwa mereka tetap setia dengan Persebaya yang bertengger di Karanggayam, bukan tim besutan Rahmad Darmawan yang saat ini berlaga di Liga Super Indonesia. Berbagai spanduk, poster yang dibentangkan di Lapangan Mess Persebaya membuktikan ketegasan suporter sebagai tolakukur nilai perjuangan yang luarbiasa.

Ironis, memang kenyataannya tak bisa terelakan lagi, banyaknya konspirasi politik kian merebak sebagai akibat para Suporter turun untuk memberikan semangat, bukan di tribun saat pertandingan sepakbola berlangsung tapi saat Tim Tercintanya kembali dizolimi dengan cara menjadikan dualisme Klub dengan berbagai cara licik untuk menguasainya.
De Javu teraniayanya sang legenda Klub Surabaya (Persebaya) memang tak pernah usai, dari tahun ke tahun yang hingga kini selalu saja menjadi anak yang terbuang oleh Federasi PSSI.

Melalui catatan ini, sebagai arsip-dokumen sejarah yang dapat disimpan untuk kenangan di masa depan. Legenda Klub termahsyur di Indonesia Timur akan tetap berkibar di dunia sepakbola Nasional maupun Internasional, sebagai Sejarah Kota Surabaya yang tak pernah dapat dihapuskan. Bonek bagian dari segalanya untuk Persebaya, dan Persebaya adalah Roh dari segalanya Bonek.




by: Gelora Bung Karno - Senayan




Sabtu, 07 Desember 2013

Doa Untuk Sebuah Kebanggaan




Agenda loyalis Persebaya dalam rangka memperjuangkan klub kebanggaan Surabaya itu, rencananya esok akan mengadakan Doa Bersama yang bertajuk "Doa untuk sebuah Kebanggaan".
Minggu, 8 Desember 2013 Pukul 13.00 Wib, tepat dibelakang Stadion G10N-Tambaksari yaitu dilokasi Mess Persebaya, Para Pejuang Tribun Surabaya serentak menggelar Doa Bersama.
Hal itu dilatarbelakangi adanya kondisi yang semakin tak menentu nasib Sejarah sepakbola di Surabaya. 
Sebagai jatidiri Klub kebanggaan Surabaya, hal itu sangatlah fundamental, pasalnya Persebaya Surabaya adalah Klub Legenda di Indonesia. 
Disisi lain banyak pihak/oknum yang menjadikan Klub bajolijo itu sebagai tunggangan atas berbagai Kepentingan, dari segi materi maupun politis.
Entah, bagaimana kelanjutan dualisme Klub berlambang Suro&Boyo itu, hingga kini klub yang terlahir 18 juni 86 tahun yang lalu, ironisnya malah dikebiri oleh Federasi Nasional PSSI.
Persebaya Surabaya tidak saja sebagai klub kebanggaan Surabaya, tapi jika dinilai dari segi ekonomis dan sosial, tim bajolijo itu adalah sebagai Aset yang luarbiasa bagi siapa saja yang mengurusnya.
Esok lusa, mungkin saat yang tepat untuk menyampaikan unek-unek kepada Sang Maha Pencipta. Kelak para Groupies, Loyalis & para fanatis Persebaya dapat dengan positif menyalurkan aspirasi melalui "sentilan rohani" kepada para Oknum yang menjadikan sapi perah klub tercinta surabaya itu.
Bukan jadi rahasia umum, jika harus membeberkan berbagai intrik licik semua para pengurus Klub Bajolijo. Tidak jarang media memberitakan negatif dan hal yang miring terhadap mereka. 
Sebagai konsumsi pembaca yang lapar&haus akan berita, sebagai peningkat Oplah para perusahaan media di Indonesia, karena Berita tentang Persebaya Surabaya yang terkait Bonek adalah menjadi santapan empuk awak media. 
Penulis tidak ingin beropini atau menge-judgmen siapapun / atau Pihak manapun. Hanya saja, sebagai pengingat bahwa apapun yang terjadi pada Bajolijo dan Bonek hal itu akan menjadikan berbagai opini yang muncul diberbagai kalangan khususnya, para penggila sepakbola di negeri ini.
Semoga menjadi hal baik, melalui pengajian/doa bersama yang diikuti ratusan hingga ribuan Bonek yang hadir tidak hanya dari Kota Surabaya itu berbuah hikmah yang baik bagi Birokrat Federasi Nasional, Para Pengurus Klub Persebaya dan khususnya seluruh Warga Surabaya.