Home

Sabtu, 03 Januari 2015

AWAL KEHANCURAN SEPAK BOLA INDONESIA




Jakarta, SENAYAN17 Maret 2013 mungkin bisa ditengok kembali, mengapa dan ada apakah gerangan saat itu dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)? Pasalnya, tak banyak yang dipahami kaum awam penggila sepakbola di Negeri ini.

Saat Gencar dwifungsional, Anggota Federasi FIFA Indonesia akhirnya mengakhiri pertarungan dingin antar kubu sebut saja Liga Indonesia melawan Liga Sportindo Indonesia.

Jika ditelisik kembali, mengapa PSSI ngotot untuk mengadakan EXTRA ORDINARY CONGRESS untuk kesekian kalinya.Apakah sekedar hanya karena Kesepakatan atau bahasa kerennya Memorandum of Understanding yang dilakukan kedua kubu di Malaysia bersama dengan Induk FIFA saja? Terjawab saat Kongres Luar Biasa di Borobudur (17/03/2013) lalu yang menghasilkan Produk Politik Kekuasaan Nyaman di Senayan.
Agenda KLB-pun berjalan sebagaimana mestinya, hanya saja sesuai dengan pihak tertentu saja. Hal itu, akhirnya meruncing dan banyak Jajaran Eksekutif Komite kecewa dan memilih untuk WalkOut saat itu.
Jadwal Agenda telah ditetapkan, yaitu Melakukan Unifikasi Liga / Menggabungkan Liga antara Priemier Indonesia dengan Super Indonesia dengan tetap mengacu syarat dan ketentuan yang berlaku bagi setiap Klub yang memenuhi standart kesesuaian dalam Kompetisi yang nantinya menjadi tunggal itu.
Bubur tak kan lagi menjadi nasi kembali, KLB yang digelar itupun ricuh namun demikian Agenda KLB harus tetap diselenggarakan mengingat Pihak perwakilan FIFA hadir untuk memantau jalannya KLB tersebut.
Mau tidak mau KLB PSSI menghasilkan sebuah Keputusan yang akhirnya menghancurleburkan Sepakbola di Tanah Air tercinta. Berawal dari poin-poin hasil KLB ialah :
  1. Unifikasi Liga anatara ISL dan IPL dengan format 18 klub ISL dan 4 klub IPL, serta ditunjuk kembalinya Operator Liga untuk Kompetisi mendatang adalah PT. Liga Indonesia ;
  2. Melakukan Revisi beberapa pasal Statuta PSSI, apalagi sudah sangat jelas tujuan dirubahnya pasal-pasal tersebut seperti contoh pada Pasal 31 yaitu merubah jumlah Quorum jika terjadi permintaan Kongres Luar Biasa (KLB) yang semula harus memenuhi 2/3 Anggota PSSI yang mempunyai Suara Tetap, kemudian dirubah hanya (50%)+ 1 Anggota sudah dapat menyelenggarakan KLB ; 
  3. Selain Pasal 31 Statuta PSSI yang sudah direvisi, demikian juga dalam Pasal 35 Statuta PSSI yaitu mengenai Anggota Komite Eksekutif yang semula beranggotakan 11 Orang, kemudian dilakukan Revisi akhirnya ditambahkan 4 Anggota menjadi 15 Orang Komite Eksekutif yang teridiri dari 1 Ketua, 2 Wakil Ketua dan 11 Anggota ;
  4. Menjatuhkan Sanksi Skorsing tidak boleh lagi berkecimpung di dunia keolahragaan khususnya bidang Sepakbola, yang tak lain adalah 6 Exco yang yang melakukan Aksi Walkout pada saat KLB sedang digelar dan kemudian muncul Anggota Exco yang baru, mereka adalah La Siya, Fardi Hasan,Zul Fadli, Dan Dzamal Aziz, PSSI lengkap dengan Anggotanya 15 Orang Exco dengan perubahan / Revisi beberapa Pasal didalamnya.

Begitu sistemik sekali, apalagi PSSI adalah Organisasi Independen yang sukar untuk disentuh hukum positif negeri ini. Bahkan, kita pun tak sadar bahwa hasil Keputusan dari KLB tersebut ternyata begitu membuat kebal para "amtenarnya".

Tak sempat dibayangkan, setelah sekian tahun lamanya PSSI berdiri akhirnya mereka berani merombak jajaran pengurusnya saat KLB itu dengan Mengukuhkan 4 Anggota Exco PSSI, Zulfadly, La Siya, Hardi Hasan dan Djamal Aziz.  


Selain itu, isi Pasal 30 ayat 2 Statuta PSSI menambahkan bahwa  ada Kongres Tahunan 2013 ini menunjuk 3 orang Scrutineers (Pengawas Pemilihan), yakni Mokhamad Hilman (Martapura FC), Thamrin Sagala (Persipura), Lukman Setiawan (KSB Sumbawa Barat). Sedangkan untuk Pengawas Notulen, ditunjuk Amir Burhanuddin (Pengprov Jatim) dan Ferry Paulus (Persija Jakarta).



Ditambah lagi, dalam KLB Borobudur saat itu memutuskan untuk memberhentikan 5 Anggota Exco PSSI, Tuty Dau, Mawardi Nurdin, Widodo Santoso, Bob Hippy, Sihar Sitorus dan 1 Wakil Ketua Umum PSSI, Farid Rahman. Keputusan mereka meninggalkan Kongres Luar Biasa PSSI, 17 Maret 2013 dan dinilai membahayakan posisi PSSI di mata FIFA dan AFC. Ketua Komdis pun diberi kesempatan untuk menjelaskan secara komperehensif terkait perilaku mereka, termasuk saat disanksi karena pemalsuan tanda tangan Ketum, yang seolah-olah telah terjadi rapat Exco. Kemudian, Hasil KLB-pun menetapkan Komite Pemilihan dengan anggota yang telah diputuskan oleh Exco PSSI, yakni : Dhimam Abror, Agus Santoso, Dwi Irianto, Maurice Tuguis, H. Hidayat, Ferdinand Hindiarto, Max Boboy, Ashari Rangkuti , Wardi Azhari Siagian. Selain itu diputuskan juga anggota Komite Banding Pemilihan, yakni : Muhammad Muhdar, Debby Kurniawan, Arif Budi Santoso, Putra Wirasane, Budi Irawan. 

Lagi-lagi dari Kubu Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia, disela Agenda-agendanya tersebut KLB juga menerima Laporan Keuangan PSSI 2011/2012, yang dipaparkan oleh bendahara PSSI, Husni Hasibuan selain itu juga paparan langsung oleh Ketua Umum atas Laporan Kegiatan PSSI 2011-2012 yang telah disampaikan Ketum PSSI, dimana hal itu termaktub dalam Statuta PSSI Pasal 30 Ayat 2, yang merupakan Agenda Wajib setiap Kongres PSSI. 

Dalam hasil keputusan KLB 2013 di Hotel Borobudur saat itu begitu berbanding terbalik dengan Amanah dalam KLB saat di Solo yaitu semakin kentara kental permusuhan dengan membuang jauh para Antek LPSI (Liga Primier Sportindo Indonesia) yang bertengger di Jajaran Komite Eksekutif PSSI dan menggantikannya dengan Para Pengusaha PT. Liga Indonesia didalamnya.

Sang Direktur PT. Liga Indonesia, JOKO DRIYONO akhirnya menggantikan posisi Hadiyandra  sebagai Sekjen baru PSSI. "tumbu.. oleh tutup" begitulah pribahasa yang tepat untuk Para Stakeholder PSSI, begitu KLB berjalan sesuai Skenario, Mantan Dirut PT. Liga Indonesia membuat berbagai program Kerja PSSI 2013 yang hingga kini tak pernah terdengar bagaimana dan apa hasil program tersebut, seperti contohnya dalam Reformasi Liga Amatir. 

Bagaimana jika mereka mengungkapkan bahwa mereka selama ini sudah cukup Transparan?? toh, sekalipun Putusan KIP masih belum mempunyai kekuatan hukum tetap setidaknya jika memang tak ada rekayasa atau penyalahgunaan dana/finance PSSI mengapa tetap ngotot untuk mengajukan Banding??

Ditambah, Tim 9 bentukan sang Menpora menambah catatan Panjang bahwa Anggota Federasi FIFA di Indonesia ini terindikasi penyakit atau wabah masyarakat dan seperti ketakutan dan kebakaran jenggot menyatakan bahwa Jajarannya telah menjalankan seluruh pekerjaannya sesuai dengan SOP maupun Buku sakunya yaitu Statuta.

Bukan di jaman batu, terus kemudian kita tutup mata dan telinga atau lebih absurdnya kita apatis dengan tindakan para petingi GBK itu. Begitu menemukan permainan atau skenario kemenangan Liga Utama dalam perebutan promosi ke Liga Super banyak Tim/Klub yang melakukan permaian Sepakbola yang sangat-sangat diharamkan dalam Statuta FIFA maupun PSSI.

Dilihat dari seluruh perjalanan sepakbola negeri ini, kami mencatat dalam 2 tahun terakhir ini adalah Kematisurian dan Kehancuran Sepakbola dalam sudut pandang apapun, sebagai program kerja tak satupun berjalan, malah sebaliknya bukan mereformasi sepakbola amatir namun lebih mengajarkan bagaimana tak bertemu tuan klub yang sudah pasti juara.



Sekian, catatan ringan suporter kacrut. 
Salam Sektor21- GBK Senayan


Ref-TA
















Sabtu, 08 Februari 2014

Kongres PSSI Benamkan Kebanggaan




Senayan, SURABAYA - Kongres PSSI
pada akhir bulan lalu (26/01) yang diselenggarakan di Shangrila Hotel, Surabaya adalah merupakan Agenda Rutin yang ditetapkan sebagai Evaluasi Kinerja dan Beberapa Pembaharuan Sistem untuk tahun berikutnya 2014-2015.
Saat itu ada beberapa Pihak yang Hadir yaitu Para Pengurus Provinsi (33 Pengprov PSSI) seluruh Indonesia, PT. Liga Super Indonesia (Operator Liga) serta Para Prngurus Klub dari Divisi I s/d Divisi III - maupun Divisi Utama dan Klub-klub baru dengan tottal 777 Klub.
Dipilihnya Kota Pahlawan ternyata menurut informasi saat itu dikarenakan hampir 70% dari keseluruhan Klub Anggota PSSI bermakas di Jawatimur, hal inilah menjadi alasan yang disampaikan oleh CEO PT.Liga Indonesia itu.
Jokdri sapaan Akrab CEO Operator Liga Super menyampaikan bahwa Kongres PSSI tahunan kali ini tidak hanya membahas tentang ada 5 hal penting yang akan dibahas yaitu pengembangan sepak bola mencakup teknis dan manajemen, Timnas, pengembangan anggota termasuk klub dan asosiasi di provinsi, kompetisi amatir dan kompetisi profesional, selainiti PSSI juga menargetkan sejumlah pencapaian sebelum masa kepemimpinan pengurus PSSI berakhir pada 2015. Khususnya bagi lima kelompok Timnas yakni Senior, U-23, U-19, U-16 dan U-14. Targetnya antara lain mengulang juara AFF, 8 besar di Asia dalam kompetisi Asean Games, dan mempertahankan ranking FIFA di bawah 130 besar dunia.
Sebagai supprter Loyalis Klub Persebaya 1927 Surabya yang dikenal Sebagai suporter tertua itu dianggap Klub yang berlaga di Liga Super dibawah PSSI itu bukan merupakan Klub kebanggaan mereka.
Pasalnya, Loyalis 1927 menganggap PSSI banyak menganaktirikan Persebaya (Original) dan tidak jarang PSSI bermasalah dengan Klub Persebaya yang dilatarbelakangi adanya konflik kepentingan antara Manajemen dengan birokrasi Federasi.
Hingga akhirnya Supprter Persebaya (1927) bertriak menyatakan bahwa "PSSI Telah Mendzolimi Kebanggaan Kami Loyalis 1927". Terhitung sejak ditetapkannya ISL sebagai Liga Resmi oleh PSSI, maka Dualisme sudah dianggap selesai sekalipun tidak hanya Persebaya (1927) saja yang tidak puas atas hasil KLB di Hotel Borobudur- di Jakarta, ada juga beberapa Tim yang juga merasa haknya dirugikan dengan Keputusan KLB PSSI tahun 2013.
Hampir tak pernah lelah Loyalis meneriakan kebenaran melalui aksi-aksi sebelumnya dan tepat dihari minggu itulah ribuan AREK BONEK 1927 (Sang Loyalis 1927) menyatroni dan mengepung sekitar area Hotel tempat berlangsungnya Kongres PSSI. Mereka tetap teguh meneriakan bahwa Tim Persebaya yang saat ini berlaga adalah Klub karbitan yang berasal dari Kutai Barat (Kalimantan) yang disulap dengan dana APBD tanpa Laporan Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pemegang Kuasa hasil Kongres II Bali 2009. Alhasil, Persikubar (Persebaya Kutai Barat) pun bertahan hingga saat ini, walapun sebelumnya dalam KLB Solo Persikubar tidak diakui oleh PSSI dan memutihkan Sanksi PSSI yang dijatuhkan Persebaya saat itu, yang kemudian IPL sebagai Operator Liga PSSI dimana Persebaya (Original1927) berkompetisi dalam 2 dekade terakhir.
Hal itulah dapat dianggap sebagai perjuangan Anti Klimaks para Loyalis dalam berjuang demi kebanggaan mereka Persebaya (since 1927) dapat diakui oleh Federasi dan sekaligus ikut berkompetisi di Liga Super.
Buramlah sudah ketika salah satu pemilik PT. Persebaya Indonesia ternyata diusir oleh keamanan Kongres, karena dianggap bukan sebagai undangan (klub anggota).
Kesal karena hal itu, sang mantan Ketua KPSI yang saat ini menjabat sebagai Waketum PSSI menyampaikan dengan garang bahwa Persebaya 1927 dan Suporternya yang di depan Hotel adalah orang yang gak ngerti aturan, masih ngotot untuk kebenaran yang hanya mereka sampaikan saja.
Menurut, Waketum yang juga orang nomor satu Kamar Dagang Indonesia (Perwakilan Daerah Jawatimur) itu ada solusi jika memang Persebaya (1927) kembali menjadi Anggota PSSI dan ikut berlaga pada Kasta Liga terendah.
Selain harus mengganti nama, kembali Tim amatir kelas Sudra, Bapak Mantan Ketua KONI Jawatimur juga menambahkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT. Persebaya Indonesia sebagai Pemilik untuk melunasi Gaji Para Pemain yang belum terbayarkan.
Begitu kompleks dan rumitnya permasalahan sepakbola, hingga kini Loyalis 1927 tidak pernah bungkam diam untuk tetap berjuang dengan artian walau tanpa pemain sekalipun, kebenaran atas Kebanggan Kota Surabaya jangan sampai hilang dan ternodai karena sebab kepentingan tertentu Pejabat Federasi PSSI.
Loyalis 1927 ingin meluruskan penyimpangan yang telah nyata dilakukan oleh Oknum tertentu dengan tujuan memanfaatkan keadaan untuk bisnis pribadi.
AREK BONEK 1927 dalam statemennya mengecam keras Persebaya Kalimantan yang bertengger di Kota Pahlawan mereka dan tetap dijalur kebenaran yaitu mengembalikan Klub PERSEBAYA SURABAYA kepada Klub Anggota yang berjumlah 30 Tim sesuai dengan ketentuan Statuta PSSI/AFC/FIFA. Karena hanyalah mereka (30 Klub Internal Persebaya Surabaya) yang telah mempunyai Andil besar membesarkan PERSEBAYA hingga saat ini.
Kongres pun akhirnya membenamkan Kebanggaan Kami, Para Loyalis 1927. Bagi Kami Sejarah adalah Cita-cita masa depan sebagai Ciri dan Karakter sebuah Aset Kebanggaan. Persebaya Surabaya kini meninggalkan Sejarah "Kotor" dengan berbagai Konflik yang tak berujung - Tanpa Solusi.
Rasa Keadilan bercampur dengan Aroma Kepentingan Sang Penguasa.


[Sekarang atau Tidak Sama Sekali]

Rabu, 15 Januari 2014

SEJARAH AWAL BONEK BERDIRI

hooligans: SEJARAH AWAL BONEK BERDIRI: BONEK MERUPAKAN SUPORTER PERTAMA DI INDONESIA YANG MENDUKUNG TIM KESAYANGANNYA KELUAR KANDANG PADA TAHUN 1988 KALA ITU 110 RIBU KAPASITAS...